Sunday, January 8, 2017

Healthy Marriage Mindset

Assalamu’alaikum, dear Sisterfillah..

Marriage is a never ending process for learn. Pasangan yang telah menikah berbulan-bulan, ataupun yang telah menikah bertahun-tahun, bisa jadi tidak lebih tahu atau lebih pintar dari pasangan yang baru menikah, pun sebaliknya. 

pic by @wiwiekabbass
Elemen pernikahan sangat unik, case per case, sangat bisa berbeda antara pasangan yang satu dengan lainnya. Ada individu yang berbeda, keluarga yang berlatar belakang berbeda, diramu dengan nasib dan takdir ujian yang dapat berbeda dari pasangan satu dengan lainnya. Inilah yang membuat pernikahan menjadi ajang pendewasaan bagi orang yang berada di dalamnya, dengan caranya masing-masing.

Walaupun begitu, ada beberapa formula yang dapat menjadi pegangan bagi Sistefillah yang baru menikah agar insyaAllah mendapatkan “rasa pernikahan” bahagia. Karena pernikahan tidak berhenti pada proses akad-resepsi saja. The real battle actually is just begun.

Jadi, apa saja yang harus ditanamkan dalam mindset kita di awal pernikahan?
Berikut yang tidak boleh Sisterfillah lewatkan.



Sabar
Subhanallah, dengernya aja seakan-akan sudah berat ya. Tapi percayalah, kesabaran memang tidak berbatas karena pahalanya pun tak berbatas.
“Katakanlah (Muhammad), "Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas”.
(QS Az Zumar:10)
Saat telah menikah, kita mungkin akan menemui banyak hal yang membuat tidak nyaman. Kuncinya hanya satu untuk itu, yaitu perbanyak sabar. Tentunya sabar disini bukan sabar yang pasif ya Sisterfillah. Tapi sabar yang progresif. 

Caranya? Jika menemui masalah, lebarkan rasa kesabaran sekaligus dorong diri kita untuk menyelesaikan masalah. Karena masalah kecil yang tidak terselesaikan dengan baik bisa menjadi hal  yang merusak pernikahan. Sedangkan masalah yang diselesaikan dengan baik dapat menjadi penguat hubungan dalam rumah tangga.

Pengendalian diri
Menghadapi suami bisa menjadi hal yang tricky, ga ketebak, bahkan mengagetkan. Ini yang perlu diingat ya Sisterfillah. Karena karakter pasangan kita yang sebenarnya baru bisa terlihat dalam pernikahan, mungkin akan ada fakta-fakta mengagetkan yang harus dihadapi terkait dengan karakter suami. Beruntung, jika nasib mentakdirkan suami kita sempurna, semua sesuai bahkan lebih dari yang kita bayangkan. Tapi mungkin kasus itu cuma 1 dari 1000 pernikahan.
Jadi bagaimana saat menghadapi ketidaknyamanan ini?
Kendalikan diri.

Sebelum marah, pikir lagi. Sebelum merasa putus asa, pikir lagi.
Mental yang positif dan terkendali adalah kunci agar perdamaian dalam pernikahan tetap terjaga. Seperti yang diperintahkan Allah dalam potongan ayat surat An Nisa:128, bahwa perdamaian itu lebih baik.
 
Penyesuaian Diri
Bukan hanya terhadap suami, menikah berarti juga memasuki keluarga suami. Se-sempurna-nya keluarga suami, hampir pasti akan ada “flaw”/kekurangan-nya. Hal ini terutama bersumber dari adanya perbedaan kebiasaan antara keluarga suami dengan kebiasaan keluarga dimana kita dibesarkan. 

Maka disini yang penting adalah penyesuaian diri.
Penyesuaian diri ini pertama bisa dilakukan dengan mengenali.
Kenali keluarga suami dan jangan cepat sakit hati saat mendapati hal yang tidak nyaman di hati. Kalaupun ada budaya yang berbeda dengan yang selama ini kita jalani, kuncinya adalah “sesuaikan”.
Sebab pernikahan menuntut fleksibilitas, agar dapat menuju kepada  kondisi kehidupan pernikahan yang lebih baik dan membahagiakan.

pic from @wiwiekabbas

 Terakhir, sekali lagi yang ingin ditekankan untuk Sisterfillah yaitu bahwa pernikahan adalah long-life process, proses yang dijalankan sepanjang hidup yang mungkin harus diperbaharui arahnya setiap waktu. Jika ada hal yang sulit, ingatlah bahwa wanita yang sabar, yang taat pada suaminya, akan menjadi ratu para bidadari di surga kelak. Kenapa? Karena bidadari tidak merasakan bagaimana beratnya patuh pada suami.
………..
Ummu Salamah bertanya pada Rasulullah,
“Ya Rasul, manakah yang lebih utama, wanita dunia atau bidadari bermata jeli?”
Rasul menjawab,
“Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang tampak dari apa yang tak terlihat”
“Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari?”
“Karena shalat mereka, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka….”
(H.R. Ath-Thabrani)

Semoga bermanfaat Sisterfillah
Love,
SLS Team
Contributor: Vita Oktavianty, M.Psi, Psikolog
Syari’ah Advisor: Fathimah Syauqi
Editor: Anisa Muthi’ah
Reference : Buku “Arasy Cinta” oleh @teladanrasul, penerbit Qultummedia